Baru-baru
ini, ada sebuah drama Korea yang berjudul “Memories Of Alhambra” yang sebagian
proses syutingnya dilakukan langsung di Andalusia, Spanyol. Mungkin banyak di
antara kita yang tidak menonton drama ini, terlebih jika bukan dari barisan
pecinta Kpop. Tapi, informasi terkait drama ini, bahkan trailernya banyak berseliweran
di timeline media sosial. Sebagai Muslim, seperti ada getaran kebanggan juga
kesedihan di dalam hati tiap kali mendengar atau membaca apapun yang
berhubungan dengan Alhambra, Andalusia dan Granada. Memories of Alhambra,
menggelitik sanubari untuk kembali membuka lembaran sejarah mengenai gemilangnya
Islam di Semenanjung Iberia, sekitar lima abad yang silam.
Saat
ini, Andalusia merupakan bagian dari Spanyol, negara yang lebih terkenal dengan
Madrid dan Barcelonanya, terletak di bagian selatannya Semenanjung Iberia dan
menghadap langsung ke Laut Mediterania dan Samudra Atlantik, sedang dengan
Benua Afrika, Andalusia hanya dipisahkan oleh selat sempit bernama Selat
Gibraltar. Saat Islam berkuasa di wilayah Semenanjung Iberia ini, kekuasaan
Islam tidak hanya mencakup Spanyol, tapi juga meliputi Portugis dan sebagian
besar wilayah selatan Prancis.
Nama
Andalusia berasal dari bahasa Arab “ Al Andalus”, nama ini diambil dari nama
bangsa yang menguasai Spanyol sebelum Islam tiba, yaitu bangsa Vandal, sebuah
bangsa yang diperkirakan berasal dari Skandinavia Selatan. Bangsa Vandal menguasai
Semenanjung Iberia (nama
tua untuk Spanyol dan Portugis)
sejak awal abad ke 5 masehi. Sebagian besar rakyat Vandal menganut Katolik namun
di Andalusia saat itu juga terdapat sebagian kecil bangsa Yahudi. Bangsa Vandal
akhirnya diperangi dan dikuasai oleh Bangsa Goth (Visigoth) yang memaksakan
ajaran Kristen Arian kepada mereka. Bukan hanya memaksakan keyakinan, Bangsa
Vandal juga hidup tertindas secara ekonomi dan sosial di bawah kekuasaan
Visigoth.
Di
awal pemerintahannya, kerajaan Visigoth ini merupakan kerajaan yang kuat, namun
karena adanya perselisihan dan perpecahan di dalam kerajaan itu, bangsa Vandal
yang hidup dalam penindasan memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta bantuan
kepada seorang Kahlifah Muslim di Afrika Utara untuk membebaskan negeri mereka
dari kezdhaliman Raja Roderick, yaitu Musa Bin Nushair. Pada saat itu, Umat
Islam masih berada di bawah kekhalifahan Bani Umayyah yang beribukota di
Damaskus, Suriah.
Musa
Bin Nushair, yang menjabat sebagai Gubernur di Afrika Utara, meminta
persetujuan dari Khalifah Al Walid Bin Abdul Malik di Damaskus. Setelah
mendapat persetujuan dari Khalifah Walid Bin Abdul Malik, Musa Bin Nushair
kemudian mengutus Tharif Bin Malik bersama 5OO pasukannya yang mempunyai misi
sebagai pasukan perintis untuk mempelajari wilayah di Andalusia. Pasukan Tharif
Bin Malik lalu disusul oleh pasukan Thariq Bin Ziyad. Dua pasukan ini dapat menguasai
Andalusia dari cengkeraman Raja Visigoth dengan bantuan Julian. Julian adalah
seorang gubernur Ceuta yang menaruh dendam pada Raja Roderick, ia memiliki
peranan besar dalam upaya perebutan kekuasaan di Andalusia oleh pasukan muslim.
Thariq
Bin Ziyad dengan pasukannya yang merupakan bangsa Berber, yaitu bangsa asli
Afrika Utara juga dibantu oleh pasukan arab atas perintah Khalifah Al Walid. Thariq
Bin Ziyad sendiri merupakan Muslim Berber, atau disebut juga dengan bangsa
Moors. Pasukan-pasukan ini menyebrangi terusan Gibraltar dengan kapal-kapal
yang disediakan oleh Julian. Thariq Bin Ziyad dengan 7.OOO pasukannya disusul
oleh Musa Al Nushair dengan 5.OOO pasukan pula. Jumlah mereka tetap kalah jauh
dari Pasukan Raja Roderick yang berjumlah 1OO.OOO orang, tapi tetap saja
pasukan Thariq Bin Ziyad yang memenangkan pertempuran itu. Raja Roderick dapat
dikalahkan dan Kota Toledo, yang merupakan ibukota Visigoth dapat ditaklukkan,
beserta kota-kota penting lainnya seperti Granada, Cordova, Seville, Merida,
Sidonia, hingga Saragosa dan Navare. Maka sejak itu, dimulailah pemerintahan
Islam di Bumi Andalusia.
Pengaruh
pemerintahan dan kebudayaan Islam di Andalusia dapat diterima dengan cepat oleh
rakyat Andalusia karena pemimpin-pemimpin Muslim menjunjung tinggi toleransi
antar agama dan menghargai hak-hak masyarakatnya. Selama delapan abad kekuasaan
Islam di Spanyol, kepemimpinan Andalusia silih berganti. Di periode-periode
awal, Andalusia masih di bawah kekuasaan Bani Umayyah dan dipimpin oleh seorang
gubernur yang disebut wali. Setelah lepas dari Bani Umayyah, Andalusia dipimpin
oleh seorang Amir. Di periode ini, Andalusia mulai mengalami kemajuan yang
pesat di berbagai bidang. Amir pertama Andalusia yang bernama Abdurrahman Ad
Dhakil memiliki perhatian yang tinggi pada pendidikan. Ia banyak mendirikan
sekolah-sekolah dan juga mendirikan mesjid Cordova, mesjid megah yang sayangnya
hari ini telah beralih fungsi menjadi gereja semenjak Andalusia diberanguskan
oleh Kerajaan Sisilia.
Amir-amir
Andalusia berikutnya juga memiliki perhatian tinggi pada pembangunan dan
pembenahan hukum serta militer. Andalusia menjadi kiblat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Eropa. Andalusia banyak melahirkan para
ilmuan-ilmuan di berbagai bidang pengetahuan. Ada Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail,
dan Ibnu Rusyid di bidang Filsafat. Ada Ibnu Sina dan Az Zahrawi dari dunia
kedokteran, Ada Al Idrisi dari bidang Geografi. Abbas Bin Firnas seorang pakar
sains. Ada juga Ibrahim Bin Yahya dari ilmu astronomi. Pada bidang arsitektur,
kejayaan Andalusia masih memiliki bukti hingga hari ini, seperti Istana
Alhambra di Granada, Mesjid Cordoba, Medina Az zahra, Istana Alijefaria di
Zaragoza, Menara Giralda di Sevilla sekarang menjadi menara lonceng Katedral
Sevilla dan masih banyak yang lainnya.
Istana
Alhambra, bisa dibilang sebagai peninggalan paling berharga dari Islam yang
pernah berjaya di Spanyol. Istana dengan nilai arsitektur tinggi ini menjadi
bukti betapa tingginya peradaban Islam di Eropa pada masa lalu. Kekuasaan Islam
yang mulai melemah pada abad ke 12 menyisakan pertahanan
terakhir umat muslim di kota Granada. Di kota Granada inilah terletaknya istana
menawan itu. Alhambra dibangun oleh Bani Ahmar atau bangsa Moor. Imperium Islam
di Andalusia terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil dan kerajaan Bani
Ahmar adalah kesultanan terakhir yang mampu bertahan dari serangan-serangan
kerajaan katolik. Tapi kerajaan Bani Ahmar juga tak luput dari
permasalahan-permasalahan internal. Adanya perselisihan dalam keluarga kerajaan
mengakibatkan Bani Ahmar menjadi rapuh dak tak mampu membendung serangan dari
dua kerjaan Kristen yang saling bekerjasama untuk menenggelamkan kekuasaan
Islam di Andalusia, yaitu kerajaan Aragon dan Kastila. Raja Ferdinand dari
Aragon menikah dengan Ratu Isabella dari Kerajaan Kastila, mereka menjadi pasangan
yang kompak dalam membasmi pengaruh Islam di Adalusia dengan pasukan salib
mereka.
Sejarah
kemunduran hingga lenyapnya imperium Islam di Spanyol adalah sejarah yang
panjang. Tapi, ada benang merah yang bisa ditarik dan dijadikan pelajaran bagi
umat muslim saat ini, bahwa kejayaan dunia adalah bonus yang kita terima jika
kita tetap melangkah menuju Allah, tapi sebaliknya, gemilangnya kehidupan dunia
akan terlepas jika kita sudah semakin jauh dari tuntutan agama. Andalusia bisa
makmur di bawah kepemimpinan yang sholeh, yang menaruh perhatian besar pada
pendidkan agama dan pengetahuan umum untuk rakyatnya. Kerajaan luar Islam yang
menyadari bahwa kekuatan terbesar umat muslim adalah pada keimanan dan
ketakwaan mereka, berusaha menghancurkan Islam dengan menggerogoti akidah
umatnya. Sebelum diserang secara fisik, Aragon dan Kastilla telah terlebih
dahulu menyerang umat islam melalui budaya dan pemikiran. Mereka melenakan umat
muslim dengan alkohol dan rokok yang dikirim secara gratis ke Andalusia. Musik
diperkenalkan untuk memalingkan wajah mereka dari Al quran. Ketika agama
dilengahkan, para pemuda sibuk dengan kesenangan dunia, para pemimpin
meributkan tahta, energi mereka tak lagi kuat untuk menghadapi serangan dari
pasukan Salib. Kekuasaan Islam di Spanyol hancur, umatnya dihadapkan pada
pilihan pahit; meninggalkan Andalusia, meninggalkan Islam untuk berpindah
keyakinan atau mati dibunuh setelah disiksa dengan keji. Innalillahi wa
innailaihirajiuun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar