...
"Zafran & Ayra"
...
Si abang
ini, baru sebulan dapat adik, cewek pula dan sayangnya luar biasa.
Tapi sejak kelahiran adiknya, si
abang yang usianya masih balita (bawah lima tahun) ini belum sampai hitungan
jari ia pergi main keluar rumah. Padahal ia adalah anak yang aktif. Jika
ditanya kenapa ia tak mau pergi main, jawabnya karena takut adiknya diculik
orang. Ia serius saat mengatakan itu, dan memang anak kecil selalu serius
dengan ucapannya. Apa yang ia katakan adalah jujur dari perasaanya. Kalau ia
bilang takut, berarti itu memang karena ia takut.
Tidak akan masalah jika alasannya
enggan keluar rumah adalah karena selalu ingin dekat dengan adiknya yang lucu,
tapi jika alasannya takut adiknya dibawa pergi orang lain, ini gak bisa
dianggap biasa saja. Rasa takut dan khawatir itu akan berpengaruh pada
mentalnya.
Ketakutannya bukan tanpa alasan,
karena kebanyakan orang-orang dewasa tega memberikan candaan “kejam” padanya.
Pura-pura ingin membawa lari adiknya. Lalu si abang ini, yang belum mengerti
konsep bercanda ala orang dewasa, merasa keberadaan adiknya terancam, khawatir
sepanjang hari adiknya bakal dicuri hingga tak berani keluar rumah.
Ia yang masih kecil lalu tampil
gagah hendak melindungi adiknya, membelalakkan mata pada siapa saja yang
berkunjung ke rumah, membuat ekspresi muka seseram mungkin dan mengepalkan
tinju mungilnya. Tak jarang tinju itu melayang pada orang lain dan bahkan pada
keluarga. Di waktu bersamaan, si abang yang emosinya sering diguncang ini, pun
mendapatkan tudingan jahat, nakal dan ucapan-ucapan negatif lainnya.
Ini ibarat pukulan ganda baginya.
Telak..!! perasaannya diancam, dan pribadinya diserang.
Hei...!! kita-kita ini...!!
Manusia-manusia dewasa ini. Bijaklah dalam bercanda, terlebih pada anak-anak
usia balita.
Lebih berbahaya lagi jika ada
yang tega berkata; “Duuh.. si Abang udah punya dedek sekarang, bundanya tak
akan lagi sayang sama Abang”!
Ini candaan yang juga
keterlaluan. Bisa membunuh rasa percaya diri pada si anak dan menimbulkan sibling rivalry. Yang akan tertanam pada pikirannya adalah bahwa
orang tua dan keluarganya tidak lagi menyayanginya karena kelahiran sang adik. Anak-anak
seharusnya tumbuh dengan pemahaman bahwa kasih sayang orang tua dan keluarga
tidak berkurang hanya dengan kelahiran adik-adiknya. Mereka sudah punya emosi,
tapi belum mampu mengelolanya dan bahkan belum bisa mewujudkannya dalam banyak
kata kecuali mengatakan “Tidak! “ dengan berteriak. sementara orang-orang
dewasa yang tega membercandai mereka tertawa tanpa peduli betapa perasaan
sikecil telah terluka. Ini seperti merampas hak mereka untuk tumbuh kembang
dengan perasaan nyaman dan bahagia.
Jadi,
belajarlah untuk tidak memberikan candaan “kejam” pada anak-anak. Kasihan
mereka. Sayangilah anak-anak dengan cara yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar