Selasa, 29 Januari 2019

"(Terlalu) Perfeksionis, Baguskah?"










Saya menulis ini, setelah lelah rasanya menjadi orang yang (terlalu)  perfeksionis.
***

Jika kamu adalah orang yang menuntut kesempurnaan dalam segala hal, apakah itu dalam pekerjaan, penampilan, sikap dan ucapan, dan bahkan dalam hal tatanan rumah dan ruang kerja, fix, kamu adalah manusia dengan tipe kepribadian perfeksionis; orang yang ingin segala sesuatunya serba baik tanpa cela, serba terencana dan berjalan sesuai dengan rencana-rencana itu, sangat memedulikan hal-hal detail dan sulit menolerir kesalahan.

Jadi, apa sih sebenarnya perfeksionis itu? Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme, yaitu keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi, ini menurut Wikipedia.

Sebenarnya, ada banyak kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang perfeksionis. Mereka adalah orang-orang yang mengutamakan dan menjaga kualitas, terutama dalam pekerjaan. Karena itu, pekerjaan mereka lakukan dengan sepenuh hati dan serba teliti. Hal ini mungkin di satu sisi bisa dikatakan sebagai keunggulan mereka, tapi sayang, ternyata juga bisa menjadi penyebab seseorang yang perfeksionis sering bermasalah dengan orang lain. Mereka tidak hanya peduli dengan hasil kerja mereka, tapi juga kritis dengan hasil pekerjaan orang lain, terlebih jika masih ada kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sementara bagi orang-orang yang tidak meiliki kecendrungan sikap perfeksionis, atau para pecinta spontanitas, terlalu memerhatikan hal-hal detail bisa jadi dianggap konyol.


Ini Pengalaman saya yang sering adu mulut dengan teman kantor gara-gara hal-hal kecil seperti di saat mereka mengisi laporan yang  asal jadi, tak peduli typo dan mengabaikan spasi. Bagi saya, laporan tidak hanya soal isinya, tapi juga tentang penampilannya, harus diperlakukan seperti layaknya uang kertas keluaran baru yang beredar menjelang hari raya, harus selalu bersih, rapi dan jangan sampai ada noda bekas kopi, yaa.. dulu saya sampai segitunya, tapi bagi mereka, laporan itu seperti tak lebih penting daripada koran bekas, sehingga sebelum di isi bisa dijadikan dulu sebagai alat pembersih meja, kursi dan pengipas wajah. Pada contoh yang lain, saya tidak suka pintu ruangan yang terbuka karena menurut saya itu kurang rapi, saya risih melihat kursi yang letaknya tidak sejajar, kertas laporan yang tidak sama lurus, atau spidol dan gunting yang asal tergeletak di atas meja. 

Orang perfeksionis juga merupakan orang-orang yang handal dalam memanage waktu. Mereka tidak suka istilah the power of kepepet. Sebaliknya, mereka justeru benci sekali situasi mepet. Sebab itulah, perencanaan adalah step penting dalam setiap kegiatan mereka yang bagi orang lain justeru dianggap kaku. Mereka juga suka bekerja di awal waktu, daripada santai di awal, tapi setelahnya kelelahan karena dikejar deadline. Pandai mengatur waktu adalah salah satu kunci kenapa orang-orang perfeksionis memiliki kualitas kerja yang bagus. Karena teh power of kepepet hanya mementingkan kata “selesai” dan abai pada kualitas. Namun sayangnya, pada point ini sikap perfeksionis juga memiliki sisi negatifnya, mereka akan butuh waktu lebih lama untuk melakukan satu pekerjaan dan cenderung lebih kerepotan. Bisa dibilang sih, kalau orang perfeksionis itu kalah kreatif dengan orang-orang pecinta spontanitas. 

Dalam segi kualias kerja, orang perfeksionis memang layak diacungi jempol. Tapi, jika kamu adalah seorang yang perfeksionis, ingatlah untuk selalu menjaga kadar perfeksionis kamu itu dalam taraf wajar, karena jika kamu terlalu terobsesi untuk mengejar kesempurnaan, kamu barangkali akan menjadi manusia paling lelah di dunia. Lelah karena memasang ekspektasi tinggi terhadap dirimu sendri, atau juga lelah karena jengkel pada orang lain dan bikin jengkel orang lain.

Sewaktu sekolah dan kuliah, saya selalu menjadi orang yang menghandle hampir seluruh tugas-tugas kelompok. Bukan kartena saya adalah korban bulan-bulanan orang lain, tapi karena saya tidak percaya pada hasil kerja teman. Hasil kerja kelompok itu harus menjadi yang terbaik di kelas. Jika itu adalah makalah, maka makalah itu harus sesuai standar penulisan karya ilmiah, riset datanya, buat kerangkanya, perhatikan spasinya, harus di edit, edit dan edit lagi. Bisa dongkol hati saya selama sebulan jika yang menulisnya adalah teman yang menyelesaikan tugas itu dengan cara copy paste dari internet.

Sedangkan jika di rumah, jika esok adalah hari minggu, alih-alih memikirkan mau makan ke mana atau main ke pantai yang mana, saya justeru sudah mengatur waktu kapan saya harus bangun, jam berapa harus menyapu rumah, mencuci baju, membersihkan halaman dan merawat bunga-bunga. Besok pas minggunya, saat saya sudah selesai dengan tiga atau empat pekerjaan, adik saya masih santai dengan hp nya dan kakak saya masih menikmati waktu lulurannya. Bwuaaahhhh....
Yapp, tidak ada yang salah dengan apapun tipe kepribadian kita. Manusia itu beragam dan sifatnya tak ada yang sama. Tapi yang salah itu ketika kita sudah keluar dari batas wajar. Boleh menjadi perfeksionis, tapi beri toleransi pada kesalahan dan keemahan diri sendri, boleh mementingkan kualitas, tapi ingat tidak ada yang sempurna, boleh totalitas, tapi beri tubuh sendri cukup istirahat. Jangan terlalu terpaku pada hal-hal kecil agar kamu juga punya waktu melakukan hal-hal besar.




***



Wassalam.
Basa Ampek Balai, 23 Januari

Tidak ada komentar: