Saya menulis ini, setelah lelah rasanya menjadi
orang yang (terlalu) perfeksionis.
***
Jika kamu adalah orang yang menuntut
kesempurnaan dalam segala hal, apakah itu dalam pekerjaan, penampilan, sikap
dan ucapan, dan bahkan dalam hal tatanan rumah dan ruang kerja, fix, kamu
adalah manusia dengan tipe kepribadian perfeksionis; orang yang ingin segala
sesuatunya serba baik tanpa cela, serba terencana dan berjalan sesuai dengan
rencana-rencana itu, sangat memedulikan hal-hal detail dan sulit menolerir
kesalahan.
Jadi, apa sih sebenarnya perfeksionis itu? Perfeksionis
adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme, yaitu keyakinan bahwa
seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi,
ini menurut Wikipedia.
Sebenarnya, ada banyak kelebihan yang dimiliki
oleh orang-orang perfeksionis. Mereka adalah orang-orang yang mengutamakan dan
menjaga kualitas, terutama dalam pekerjaan. Karena itu, pekerjaan mereka lakukan
dengan sepenuh hati dan serba teliti. Hal ini mungkin di satu sisi bisa dikatakan
sebagai keunggulan mereka, tapi sayang, ternyata juga bisa menjadi penyebab
seseorang yang perfeksionis sering bermasalah dengan orang lain. Mereka tidak hanya
peduli dengan hasil kerja mereka, tapi juga kritis dengan hasil pekerjaan orang
lain, terlebih jika masih ada kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sementara bagi
orang-orang yang tidak meiliki kecendrungan sikap perfeksionis, atau para
pecinta spontanitas, terlalu memerhatikan hal-hal detail bisa jadi dianggap
konyol.
Ini Pengalaman saya yang sering adu mulut dengan
teman kantor gara-gara hal-hal kecil seperti di saat mereka mengisi laporan
yang asal jadi, tak peduli typo dan
mengabaikan spasi. Bagi saya, laporan tidak hanya soal isinya, tapi juga
tentang penampilannya, harus diperlakukan seperti layaknya uang kertas keluaran
baru yang beredar menjelang hari raya, harus selalu bersih, rapi dan jangan
sampai ada noda bekas kopi, yaa.. dulu saya sampai segitunya, tapi bagi mereka,
laporan itu seperti tak lebih penting daripada koran bekas, sehingga sebelum di
isi bisa dijadikan dulu sebagai alat pembersih meja, kursi dan pengipas wajah. Pada
contoh yang lain, saya tidak suka pintu ruangan yang terbuka karena menurut
saya itu kurang rapi, saya risih melihat kursi yang letaknya tidak sejajar,
kertas laporan yang tidak sama lurus, atau spidol dan gunting yang asal
tergeletak di atas meja.
Orang perfeksionis juga merupakan orang-orang
yang handal dalam memanage waktu.
Mereka tidak suka istilah the power of
kepepet. Sebaliknya, mereka justeru benci sekali situasi mepet. Sebab itulah,
perencanaan adalah step penting dalam setiap kegiatan mereka yang bagi orang lain
justeru dianggap kaku. Mereka juga suka bekerja di awal waktu, daripada santai
di awal, tapi setelahnya kelelahan karena dikejar deadline. Pandai mengatur
waktu adalah salah satu kunci kenapa orang-orang perfeksionis memiliki kualitas
kerja yang bagus. Karena teh power of kepepet hanya mementingkan kata “selesai”
dan abai pada kualitas. Namun sayangnya, pada point ini sikap perfeksionis juga
memiliki sisi negatifnya, mereka akan butuh waktu lebih lama untuk melakukan
satu pekerjaan dan cenderung lebih kerepotan. Bisa dibilang sih, kalau orang
perfeksionis itu kalah kreatif dengan orang-orang pecinta spontanitas.
Dalam segi kualias kerja, orang perfeksionis
memang layak diacungi jempol. Tapi, jika kamu adalah seorang yang perfeksionis,
ingatlah untuk selalu menjaga kadar perfeksionis kamu itu dalam taraf wajar,
karena jika kamu terlalu terobsesi untuk mengejar kesempurnaan, kamu barangkali
akan menjadi manusia paling lelah di dunia. Lelah karena memasang ekspektasi tinggi
terhadap dirimu sendri, atau juga lelah karena jengkel pada orang lain dan bikin
jengkel orang lain.
Sewaktu sekolah dan kuliah, saya selalu menjadi
orang yang menghandle hampir seluruh tugas-tugas kelompok. Bukan kartena saya
adalah korban bulan-bulanan orang lain, tapi karena saya tidak percaya pada
hasil kerja teman. Hasil kerja kelompok itu harus menjadi yang terbaik di
kelas. Jika itu adalah makalah, maka makalah itu harus sesuai standar penulisan
karya ilmiah, riset datanya, buat kerangkanya, perhatikan spasinya, harus di
edit, edit dan edit lagi. Bisa dongkol hati saya selama sebulan jika yang
menulisnya adalah teman yang menyelesaikan tugas itu dengan cara copy paste
dari internet.
Sedangkan jika di rumah, jika esok adalah hari
minggu, alih-alih memikirkan mau makan ke mana atau main ke pantai yang mana,
saya justeru sudah mengatur waktu kapan saya harus bangun, jam berapa harus
menyapu rumah, mencuci baju, membersihkan halaman dan merawat bunga-bunga.
Besok pas minggunya, saat saya sudah selesai dengan tiga atau empat pekerjaan,
adik saya masih santai dengan hp nya dan kakak saya masih menikmati waktu
lulurannya. Bwuaaahhhh....
Yapp, tidak ada yang salah dengan apapun tipe
kepribadian kita. Manusia itu beragam dan sifatnya tak ada yang sama. Tapi yang
salah itu ketika kita sudah keluar dari batas wajar. Boleh menjadi perfeksionis,
tapi beri toleransi pada kesalahan dan keemahan diri sendri, boleh mementingkan
kualitas, tapi ingat tidak ada yang sempurna, boleh totalitas, tapi beri tubuh
sendri cukup istirahat. Jangan terlalu terpaku pada hal-hal kecil agar kamu
juga punya waktu melakukan hal-hal besar.
***
Wassalam.
Basa Ampek Balai, 23 Januari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar