Sewaktu baru tamat sekolah dasar, saya sempat jadi
pribadi galau dan susah tidur berhari-hari hanya karena memikirkan akan
bagaimana saya nanti di sekolah dengan tingkat yang lebih tinggi. Apakah
hari-hari di sana akan seindah dengan sekolah sebelumnya, apakah saya akan bisa
bersaing dan mempertahankan prestasi, dan bisakah saya punya teman-teman dengan
mudah?
.
Dan, baru beberapa minggu di sekolah yang baru, saya jadi sedikit menyesal kenapa saya harus mengalami insomnia gara-gara menakutkan sesuatu yang tak sedikitpun saya alami. Terlebih dalam urusan mencari teman. Di manapun berada, selama kita bisa menjaga sikap dengan baik dan selalu berusaha menjadi pribadi yang menyamankan orang lain, teman baru akan mudah didapat saat teman lama sudah banyak yang pergi.
.
Hal serupa tentu saja juga terjadi di waktu tamat dari sekolah menengah dan usai kuliah. Cuma bedanya perpisahan dengan teman yang kita miliki saat telah memasuki usia dewasa terasa jauh lebih menyedihkan. Karena teman yang sebenarnya teman adalah kawan terdekat dan terbaik yang kita dapatkan saat kita telah dewasa, bukan di waktu anak-anak atau remaja.
.
Itulah kenapa saya hanya menyebut ‘teman’ untuk kawan-kawan terdekat sewaktu SD dan SMP, dan menyebut ‘sahabat’ untuk kawan-kawan terdekat sewaktu kuliah dan SMA, atau kawan-kawan sewaktu SD dan SMP yang masih bertahan dekat hingga sekarang. Sahabat punya arti yang lebih luas dari teman. Teman adalah kawan bermain. Sahabat juga kawan bermain, tapi selain itu juga menjadi kawan berbagi, kawan berdiskusi, dan kadangkala juga menjadi kawanbertengkar berdebat.
.
Dan, baru beberapa minggu di sekolah yang baru, saya jadi sedikit menyesal kenapa saya harus mengalami insomnia gara-gara menakutkan sesuatu yang tak sedikitpun saya alami. Terlebih dalam urusan mencari teman. Di manapun berada, selama kita bisa menjaga sikap dengan baik dan selalu berusaha menjadi pribadi yang menyamankan orang lain, teman baru akan mudah didapat saat teman lama sudah banyak yang pergi.
.
Hal serupa tentu saja juga terjadi di waktu tamat dari sekolah menengah dan usai kuliah. Cuma bedanya perpisahan dengan teman yang kita miliki saat telah memasuki usia dewasa terasa jauh lebih menyedihkan. Karena teman yang sebenarnya teman adalah kawan terdekat dan terbaik yang kita dapatkan saat kita telah dewasa, bukan di waktu anak-anak atau remaja.
.
Itulah kenapa saya hanya menyebut ‘teman’ untuk kawan-kawan terdekat sewaktu SD dan SMP, dan menyebut ‘sahabat’ untuk kawan-kawan terdekat sewaktu kuliah dan SMA, atau kawan-kawan sewaktu SD dan SMP yang masih bertahan dekat hingga sekarang. Sahabat punya arti yang lebih luas dari teman. Teman adalah kawan bermain. Sahabat juga kawan bermain, tapi selain itu juga menjadi kawan berbagi, kawan berdiskusi, dan kadangkala juga menjadi kawan
Sahabat
adalah orang yang punya sepasang telinga yang setia mendengar segala ocehan
yang keluar dari mulut kita, matanya menjadi saksi untuk perjuangan hidup kita,
bahunya bisa jadi sandaran sejenak saat kita merasa lelah. Sahabat adalah teman
asik untuk melakukan hal-hal asik, yang tulus memuji dan berani mengkritisi,
mau diajak tertawa bersama dan selalu ada menemani kita saat terduduk sedih
oleh luka.
Sahabat
adalah orang yang kita harapkan bisa kita jumpai setiap hari. Tapi, karena
hidup harus terus dilanjutkan, sahabat yang kita miliki saat ini bisa saja
pergi meninggalkan kita secara fisik. Kita dan sahabat tak selalu punya kisah
hidup yang seragam. Impiannya dengan impian kita barangkali berbeda. Perjuangan
yang ia lalui dengan kita tak sama. Terkadang, kita perlu menuju ke utara,
sementara sahabat kita harus bertolak ke selatan, yang lain harus ke timur dan
ada lagi yang harus
menuju barat. Perpisahan dengan sahabat inilah yang akan meninggalkan kesedihan
yang dalam, beda dengan perpisahan antara teman biasa saja.
Saat
sahabat pergi, juga akan ada sebagian hati kita yang ikut pergi. Jika kita yang
meninggalkan sahabat, juga akan ada sebagian hati kita yang akan ikut
tertinggal. Tapi tak perlu juga galau kelamaan memikirkan perpisahan dengan
mereka yang kita sayang, karena sahabat itu ibarat tunas baru, ketika kita
pangkas ia akan tumbuh lagi. Saat ada sahabat yang pergi, yakinlah akan ada
yang lain yang akan kita dapatkan selama kita mau membuka diri.
Ya,
begitulah dalam hidup. Tahun demi tahun berlalu, hari berganti hari, sahabat
datang dan pergi. Semuanya menambah warna-warni hidup dan kita sendiri tak lain
adalah pembuat sejarah sekaligus saksi sejarah atas segala yang terjadi dalam
hidup kita sendiri.
*Elfani
Dwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar