Sabtu, 27 Agustus 2016

Untukmu, Perempuan yang Tabah Merawat Luka



Aku tahu kau sering melakukan itu, berdiri di depan cermin untuk sejenak memerhatikan raut mukamu yang lelah. Lalu kau memaksakan sebuah senyuman sekadar meyakinkan diri bahwa kau belum lupa bagaimana caranya.
Senyum itu hanya sejenak, dan kau paham betul bahwa senyum yang dipaksakan memang tak pernah bertahan lama.
Lalu, seperti biasa kau awali hari dengan satu helaan nafas panjang. Membujuk diri untuk tabah dan berdamai dengan luka yang masih menganga. Dan kemudian, di sepanjang sisa hari kau rasakan dadamu dihantam berbagai kecemasan yang menggerus habis sinar di rautmu.

Kau melakukan banyak hal untuk banyak orang dan hanya menyisakan sedikit waktu untuk sesuatu yang benar-benar untuk dirimu seorang. Berbagai pekerjaan melelahkan yang menyedot banyak tenaga dan pikiran, dan baru di ujung hari kau coba mencuri-curi waktu untuk melanjutkan perjuangan mewujudkan sesuatu yang kau impikan dengan sisa-sisa tenaga yang ada sembari berdoa pada Yang Maha Pengasih; Tuhan, kuatkan aku karena aku tak mau menjadi perempuan lemah
Begitulah kau yang kulihat, berpura baik-baik saja padahal menyimpan banyak luka. Berpura tegar padahal butuh bahu untuk bersandar. Berpura sabar padahal sering menangis saat sendirian.
Kau adalah perempuan yang selalu kulihat tiap kali berdiri di depan kaca itu, tetaplah tegar hingga hari di mana kau bisa tersenyum, sebenarnya senyum.
Untuk saat ini, tetaplah tersenyum, karena nanti akan ada hari di mana kau tak perlu berpura-pura lagi.
*ed

Tidak ada komentar: